KLASIFIKASI ANAK TUNALARAS (ANAK DENGAN GANGGUAN EMOSI PERILAKU)


KLASIFIKASI KETUNALARASAN
        Suatu klasifikasi dibuat berdasarkan suatu fenomena yang dapat diamati secara terpercaya. Klasifikasi dari satu tema tersebut biasanya mempunyai hubungan yang erat dan jelas dengan keadaan, asal-usul, dan perkembangannya.
        Ada dua macam klasifikasi ketunalarasan, yaitu klasifikasi psikiatris dan klasifikasi behavioristik (Kauffman, 1985). Dengan mencontoh sistem klasifikasi empiris dari penyakit fisik dalam ilmu kedokteran umum, psikiatri telah mengembangkan klasifikasi penyakit mental. Sayangnya, klasifikasi ini mendapat kritik dari berbagai pihak sebagai sangat abstrak, karena menyusun klasifikasi perilaku menyimpang berdasar asumsi yang tidak dapat diverifikasi. Klasifikasi ini meliputi penyakit kepribadian dan kelainan pada beberapa bagian dari jiwa yang tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu, klarifikasi ini tidak banyak bermanfaat untuk tujuan-tujuan penyembuhan. Sistem klasifikasi yang lebih baru, yaitu klasifikasi behavioral atau dimensional, disusun berdasarkan pengamatan langsung atas perilaku tertentu. Oleh karena itu klasifikasi ini lebih dapat dipercaya.

1.    Klasifikasi Psikiatris
        Seperti dijelaskan sebelumnya, klasifikasi psikiatris mencontoh klasifikasi penyakit fisik dalam ilmu kedokteran, sehingga yang dihasilkan adalah data penyakit kepribadian (personality diseases) dan kelainan jiwa (psychotic disorders). Secara garis besar, ketunalaras dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a.       Tingkat ringan atau sedang
-          Neurosis/psychoneurosis/gangguan kepribadian : Penyimpangan perilaku ditandai dengan konflik emosi dan kecemasan tetapi masih mempunyai hubungan dengan dunia nyata.
b.      Tingkat berat
-          Psychosis : Penyimpangan perilaku ditandai dengan penyimpangan dari ppola-pola perilaku normal dalam berpikir, berbicara, dan bertindak.
-          Schizophrenia : Gangguan jiwa ditandai dengan distorsi berpikir, persepsi tidak normal, dan perilaku atau emosi yang aneh.
-          Autism : Gangguan jiwa tingkat berat pada masa kanak-kanak ditandai dengan isolasi diri secara berlebihan, perilaku aneh, keterlambatan perkembangan, biasanya diamati pada usia 2 sampai 12 tahun.

      Sistem klasifikasi psikiatris yang lebih komprehensif dikembangkan oleh the American Psychiatric Assosiation , dikenal dengan DSM. Pedoman inisebenarnya merupakan buku petunjuk bagi tenaga klinis dalam mendiagnosis ketunalarasan. Pedoman tersebut terus disempurnakan dan versi yang terbaru adalah DSM III yang ditrerbitkan padatahun 1980. DSM III terdiri dari beberapa bagian berdasarkan usia gejala penyimpangan dapat terjadi. Secara garis besar, jenis penyimpangan dikelompokkan menjadi 11 kelompok, yaitu :
1.      Organic Mental Disorder : gangguan perilaku yang disebabkan oleh disfungsi otak secara permanen atau sementara, karena kekurangan oksigen waktu kelahiran, keracunan zat kimia atau kerusakan pada jaringan sel otak.
2.      Substance Use Disorders : gangguan yang menyangkut penyalahgunaan zat-zat tertentu seperti pemabuk, pengguna narkoba
3.      Schizophrenic disorders : gangguan psikotik yang ditandai oleh distorsi berfikir, persepsi tidak normal, dan perilaku dan emosi yang aneh
4.      Affective disorder : gangguan padaperasaan, emosi, atau mood yang mewarnai penampilan sehari-hari
5.      Schizophreniform disorders : hampir sama dengan Schizophrenic disorders , hanya bedanya Schizophreniform disorders terjadi secara berkala, misalnya hanya seminggu kemudian hilang lagi.
6.      Anxirety disorders : kelainan dengan rasa takut / cemas sebagai ciri pokok, mungkin hanya dalam situasi tertentu. ,isalnya bertemu dengan orang baru / belum dikenal dalam setiap keadaan.
7.      Somatoform disorders : gejala fisik yang menunjukkan adanya gangguan fisik karena kekurangan sesuatu
8.      Personality disorders : terlalu terikat/ mendarah daging, tidak luwes, tidak dapat menyesuaikan diori dalam menanggapi lingkungan dirinya sendiri sehingga sukit untuk beradaptasi
9.      Phychosexual disorders : kelainan dalam perilakudan fungsi seksual
10.  Adjustment disorders : cara mereaksi yang tidak wajar terhadap lingkungannya atau kehidupan yang menyedihkan, sehingga jika dalam keadaan stress kemampuan berfungsi sehari-hari sering terganggu
11.  Faktor psikologis yang menyebabkan gangguan fisik.
            Seperti disebutkan diatas, DSM III terdiri atas beberapa bagian menurut kelompok usia gejala kelainan dapat muncul. Untuk tujuan-tujuan pendidikan, satu bagian yang membahas gangguan yang dapat muncul pertama kali pada masa bayi, anak-anak, atau remaja sangat bermanfaat. Menurut bagian ini, ada lima kelompok jenis kelainan perilaku yang dapat terjadi pertama kali pada masa bayi, anak-anak, atau remaja, yaitu :
a.       Gangguan intelektual
Dalam bab ini, satu-satunya jenis gangguan yang dapat terjadi adalah retardasi mental, yang terjadi pada tingkat ringan, sedang, berat, atau tidak jelas.,
b.      Gangguan tingkah laku
Attention deficit disorders: gangguan meliputi tidak dapat memusatkan perhatian, implusif (grusa-grusu), dan hiperaktif, mulai tampak pada usia tujuh tahun. Gangguan ini mungkin disertai dengan hiperaktif, mungkin tidak.
-          Conduct disorders: penyimpangan perilaku berupa acting out, agresif, atau perilaku lain yang menyebabkan kekacauan. Conduct disorders terbagi menjadi:
§  Tidak mampu bersosialisasi dan agresif
§  Tidak mampu bersosialisasi tetapi tidak agresif
§  Dapat bersosialisasi tapi agresif
§  Dapat bersosialisasi dan tidak agresif
§  Jenis lain
c.       Gangguan emosi
-          Anxiely disorders : lihat penjelasan sebelumnya. Anxiely disorder dibagi menjadi :
§  Cemas jika harus berpisah dengan seseorang
§  Selalu menghindari orang lain
§  Cemas secara berlebihan
-          Gangguan lain :
§  Reactive attachment disorders : terlalu melekat/terikat pada orang tertentu
§  Schizoid disorders : perilaku mirip schizopherinia, tetapi bukan schizopherinia, tingkat penyimpangannya relative lebih ringan.
§  Elective mutism : dapat berbicara, tetapi memilih membisu, kecuali jika ada orang yang paling dekat dengannya
§  Oppositional disorders : sikap selalu menentang, melawan
§  Identify disorders : perilaku menyimpang dalam upaya mencari identitas diri
d.      Gangguan fisik
-          Kelainan makan
§  Anorexia Nervosa : tidak bernafsu makan secara luar biasa, ditandai dengan tubuh semakin kurus dan dapat membahayakan kesehatan, sering terjadi pada gadis remaja.
§  Bulimia : makanan yang memabukkan, sehingga muntah-muntah, sering diselingi dengan diet yang sangat ketat.
§  Pica : memakan benda-benda non makanan, seperti cat, plaster, kain, kapur.
§  Rumination disorder : muntah-muntah setiap akan.
§  Lain-lain, misalnya rasa lapar terus meneus, sehingga menjadi gemuk lua biasa.

-          Kelainan gerakan
§  Transientic disorder kebiasaan gerakan menyimpang krena gerak kasar yang tidak terkendali, berulang-ulang, tidak secara sadar, cepat, atau gerakan tanpa tujuan, bersifat sementara/berkala.
§  Chronic motor tic disorder : gerakan seperti di atas, tetapi berifat kronis.
§  Tourette’s syndrome : kelainan seperti tic disorder, disertai dengan kebiasaan vocal (suara) secara tidak sdar, berulang-ulang, sering kasar
§  Jenis lain

-          Kelainan lain berujud kelainan fisik
§  Stuttering : gagap dalam bicara
§  Functional enuresis : kencing secara tidak terkendali, sering ngompol siang atau malm
§  Functional encopreses : buang air besar secara tidak terkendali
§  Sleepwalking disorder : kebiasaan bangun ecara tidak sadar pada waktu tidur
§  Sleepterror disorder : Selalu mimpi buruk waktu tidur, sehingga sering berteriak-teriak, menangis.
§  Jenis lain.

e.       Gangguan Perkembangan
-          Persasive Developmental Disorder: gangguan atau kekurangan dalam sebagian atau semua aspek perkembangan.
-          Infantile Autism : gangguan psikosis pada anak, ditandai dengan mengurung diri secara berlebihan, perilaku aneh dan kelambatan perkembangan.
-          Gangguan perkembangan pada anak.
-          Jenis lain
-          Gangguan perkembangan khusus, misalnya berbicara saja, pertumbuhan/ kemampuan fisik tertentu saja.



2.      Klasifikasi Behavioristik
Dari klasifikasi psikiatrik yang diuraikan di atas, jelaslah bahwa sedikit yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan penyembuhan. Klasifikasi psikiatrik mencontoh sistem klasifikasi penyakit fisik pada ilmu kedokteran. Masalahnya, mental berbeda dengan fisik, sehingga klasifikasi tersebut berdasarkan pada fenomena yang tidak dapat diamati secara langsung seperti halnya kondisi fisik.
Melihat berbagai kelemahan sistem klasifikasi ini, Quay (1797) mengemukakan beberapa kriteria sistem klasifikasi yang baik, yaitu
a.       Kategori harus didefinisikan secara operasional, artinya, perilaku yang mendukung kategori tersebut harus didefinisikan sedemikian rupa sehingga bisa diukur.
b.      Sistemnya harus reliable, artinya, seorang individual harus secara konsisten masuk dalam kategori yang sama, meskipun diamati oleh orang yang berbeda pada waktu yang berbeda pula.
c.       Kategori harus valid, artinya, penentuan kategori dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya bermacam-macam sistem observasi dan skala) dan penetuan kategori harus memiliki daya prediksi yang tinggi atas perilaku tertentu.
d.      Klasifikasi harus mempunyai implikasi penyembuhan dan penanganan yang jelas.
e.       Klasifikasi harus dibuat dengan jumlah kategori sekecil mungkin tanpa ada yang tumpang tindih, tetapi dapat mencakup semua kasus yang ada

Untuk memenuhi kriteria di atas dalam menyusun sistem klasifikasi ketunalarasan,  Quay dan kawan-kawannya mencoba menyusun kategori dengan penelitian lapangan dalam skala besar. Jenis perilaku menyimpang diambil dari catatan harian anak-anak tuna laras, angket dan checklist yang diisi oleh orang tua dan guru. Data yang terkumpul kemudian dianalisa menggunakan analisa multivariat dan analisa factor. Dari beberapa kali proses pengumpulan data dan analisa, Quay memperoleh empat dimensi perilaku menimpang, yaitu:

a.       Conduct disorders, juga disebut unsocialized aggression, yaitu ketidakmampuan mengendalikan diri. Ada banyak jenis perilaku yang termasuk dalam dimensi ini, yaitu:
-          Berkelahi, memukul, menyerang orang lain
-          Pemarah
-          Tidak patuh, menentang
-          Merusak milik orang lain
-          Kurang ajar, nakal
-          Tidak kooeretif, menentang, tanpa tepa slira
-          Menolak arahan
-          Tidak pernah diam
-          Ramai, gaduh
-          Lekas marah
-          Mencari perhatian, sombong
-          Hiperaktif
-          Tidak dapat dipercaya, bohong, tidak jujur
-          Berbicara kasar
-          Suka iri
-          Suka bertengkar
-          Tidak bertanggungjawab, tak dapat diandalkan
-          Tidak memperhatikan
-          Mencuri
-          Mudah terganggu perhatiannya
-          Mengganggu, mengejek orang lain
-          Menolak kesalahan, menyalahkan orang lain
-          Jahat, kejam
-          Mendongkol. Pedendam

b.      Social aggresion, yaitu berbagai perilaku yang dilakukan secara berkelompok. Beberapa perilaku yang termasuk dimensi ini antara lain :
-          Bertemu dengan anak-anak jahat
-          Mencuri secara kelompok
-          Setia dengan teman-temannya yang nakal
-          Menjadi anggota gang
-          Keluar rumah sampai larut malam
-          Bolos dari sekolah
-          Lari dari rumah

c.       Anxiety-withdrawal, juga disebut personality problem, adalah perilaku yang berkaitan dengan kepribadian. Beberapa perilaku yang termasuk dalam dimensi ini antara lain :
-          Cemas, takut, tegang
-          Sangat pemalu
-          Menyendiri, tak berteman
-          Sedih, depresi
-          Terlalu sensitif, mudah tersinggung
-          Terlalu perasa, mudah malu
-          Merasa rendah diri, tak berharga
-          Kurang percaya diri
-          Mudah bingung
-          Menyembunyikan diri
-          Sering menangis
-          Sangat tertutup

d.      Immaturity, juga disebut inadequacy, yaitu kelompok perilaku yang menunjukan sikap kurang dewasa, kurang matang. Perilaku yang termasuk dalam dimensi ini antara lain
-          Kemampuan memperhatikan pendek, tak dapat berkonsentrasi
-          Melamun
-          Kaku, lemah koordinasi
-          Pandangan kosong
-          Pasif, tak berinisiatif, mudah dipengaruhi
-          Kesulitan memperhatikan
-          Mengantuk
-          Kurang minat, mudah jemu/bosan
-          Mlempem
-          Kurang berusaha keras, gagal menyelesaikan sesuatu
-          Ceroboh, tak rapi

            Dari hasil penelitiannya, Quay (1979) menunjukan bahwa jenis perilaku yang paling banyak ditemukan pada anak-anak tuna laras di sekolah adalah kelompok pengendalian diri (conduct disorders) dan kelompok kurang matang (immaturity) sedangkan jumlah anak yang mengalami masalah kepribadian (anxiety-withdrawal) relatif kecil.
Klasifikasi dimensial yang dibuat oleh Quay ini ternyata juga tidak lepas dari kekurangan. Salah satu yang ditunjukkan oleh Kauffman (1985) adalah apabila sampai pada assesment perilaku. Assesment yang baik memerlukan diskripsi yang lebih definitif dan pengukuran masalah perilaku yang lebih spesifik. Kedua, untuk jenis perilaku yang lebih berat tampaknya masih diperlukan sistem kategori yang berbeda, namun demikian, sistem klasifikasi ini dapat dipakai untuk mendiskripsikan jenis perilaku yang ringan atau sedang.
Peneliti yang lain, Achenbah dan Edelbrack (1981), melakukan hal serupa yang dilakukan oleh Quay dkk. Bedanya Achenbah dan Edelbrack menggunakan checklist yang diisi oleh orang tua dan guru. Dari hasil analisa faktor, ditemukan dua dimensi/sindrome, dikenal dengan internalizing dan externalizing. Externalizing Sindrome ternyata mirip dengan Conduct disorder dan Socialized aggression versi Wuay, sedangkan internalizing mirip dengan dimensi anxiety withdrawal dan immaturity. Klasifikasi Achenbah dan Edelbrack ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4            :  Klasifikasi Ketunalarasan menurut Achenbah dan Edelbrack

Kelompok

Interralizing Sindrome

Mixed  Sindrome

Externalizing Sindrome

Anak laki-laki usia 4-5 tahun



Anak laki-laki usia 6-11 tahun



Anak laki-laki usia 12-16 tahun




Anak perempuan usia 4-5 tahun



Anak perempuan usia 6-11 tahun




Anak perempuan usia 12-16 tahun

1.    Social withrawel
2.    Somatic disorders
3.    Kurang matang
4.    Depresi

1.    Schizoid
2.    Depresi
3.    Tidak komunikatif
4.    Obsesif

1.    Somatic
2.    Schizoid
3.    Tidak komunikatif
4.    Kurang matang
5.    Obsesif

1.    Depresi
2.    Somatic
3.    Schizoid
4.    Social with drawal

1.    Depresi
2.    Social withdrawal
3.    Somatic
4.    Schizoid, obsesif


1.    Cemas, obsesif
2.    Somatic
3.    Schizoid
4.    Depresi

Masalah seksual




1. Social with drawal




1. Hostile with drawal
2. Kenakalan




1. Masalah seksual










1.    Kurang matang, hiperaktif

1.    Kenakalan
2.    Agresif
3.    Schisoid


1.    Kenakalan
2.    Agresif
3.    Hiperaktif


1.    Hiperktif
2.    Agresif




1.    Gendut, gemuk
2.    Agresif
3.    Hiperaktif


1.    Kejam
2.    Agresif
3.    Kenakalan
4.    Masalah seksual
5.    hiperaktif

1.    Kejam
2.    Agresif 
3.    Kenakalan

            Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa Achenbah danedelbroch tidak hanya mengidentifikasi kemudian membuat kasifikasi perilaku menyimpang pada anak 4-6 tahun, tetapi juga mencoba melihat pada usia berapa perilaku tertentu sering muncul.
            Klasifikasi dimensional Quay dan klasifikasi sindromik achenbah dan Edelbrock tampaknya hanya meliputi jenis perilaku yang banyak dijumpai pada anak usia sekolah dari tingkat ringan sampai sedang. Perlu diketahui bahwa masih banyak jenis perilaku menyimpang yang memang berbeda dan tidak dapat dimasukan dalam salah satu dimensi atau sindrome di atas. Anak-anaknya sering dianggap diluar jangkauan atau menyandang retardasi mental. Jenis perilaku yang ditunjukkan misalnya tidak responsif pada orang lain, pola bahasa dan wicara yang aneh atau bahkan tanpa kemampuan bahasa fungsional, kehilangan kemampuan bina diri, perilaku menyakiti diri sendiri, atau perilaku ritualistik. Jenis perilaku penyimpangan ini jelas tingkatnya berat. Beberapa pakar mengusulkan agar kelompok perilaku ini masuk dalam kelompok, psikotik dengan pembagian baru dengan cara yang lebih terpercaya.

KLASIFIKASI MENURUT WILLIAM M. CRUICKSHANK
William M. Cruickshank (1975:567) mengemukakan bahwa mereka yang mengalami hambatan sosial dapat diklasifikasikan kedalam kategori berikut:
a.       The semi-socialize child
Anak yang termasuk kelompok ini adalah yang dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas dalam lingkungan tertentu, misalnya: keluarga dan kelompoknya. Keadaan ini terjadi pada anak yang datang dari lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Di lingkungan sekolah, karena perilaku mereka sudah diarahkan oleh kelompoknya, maka seringkali menunjukkan perilaku memberontak karena tidak mau terikat oleh peraturan diluar kelompoknya. Dengan demikian anak selalu merasakan ada suatu masalah dengan lingkungan diluar kelompoknya.

b.      Children arrested at a primitive level or socialization
Anak dalam kelompok ini dalam perkembangan sosialnya berhenti pada level atau tingkatan yang rendah. Mereka adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbigan kearah sikap sosial dan terlantar dari pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang dikehendakinya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya perhatian dari orang tua, yang berakibat pada perilaku anak ini dikuasai oleh dorongan nafsu saja. Meskipun demikian mereka masih dapat memberikan respon pada perlakuan yang ramah.

c.       Children with minimum socialization capacity
Anak kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan/kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini bersikap apatis dan egois.

Demikian pula anak yang mengalami gangguan emosi, mereka dapat diklasifikasikan menurut berat/ringannya masalah atau gangguan yang dialaminya. Anak-anak ini mengalami kesulitan dalam menyesuaikan tingkah laku dengan lingkungan sosialnya kaena ada tekanan-tekanan dari dalam dirinya. Adapun anak yang mengalami gangguan emosi diklasifikasikan sebagai berikut:

a.      Neurotik behavior (perilaku neurotik)
Anak pada kelompok ini masih bisa bergaul dengan orang lain, akan tetapi mereka mempunyai permasalah pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering dan mudah sekali dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan marah, cemas dan agresif, serta rasa bersalah disamping juga kadang-kadang mereka melakukan tindakan lain seperti yang dilakukan oleh anak unsocialized (mencuri, bemusuhan). Anak pada kelompok ini dapat dibantu dengan terapi seorang konselor.
Keadaan neurotk ini biasanya disebabkan oleh keadaan atau sikap keluarga yang menolak atau sebaliknya, terlalu memanjakan anak serta pengaruh pendidikan yaitu karena kesalahan pengajaran atau juga adanya kesulitan belajar yang berat.

b.      Children with psycotic processes
Anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih khusus. Mereka sudah menyimpang dari kehidupan yang nyata, sehingga tidak memilki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri. Adanya ketidaksadaran ini disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf sebagai akibat dari keracunan, misalnya: minuman keras dan obat-obatan. Oleh karena itulah usaha penanggulangannya lebih sulit karena anak tidak dapat berkomunikasi sehingga layanan pendidikan harus disesuaikan dengan kemajuan terapi dan dilakukan pada setiap kesempatan yang memungkinkan.

Kiranya jelas bahwa kelompok neurotik, anak mengalami gangguan yang sifatnya fungsional, sedangkan pada kelompok psikotis disamping mengalami gangguan fungsional, anak juga mengalami gangguan yang sifatnya organis. Oleh karena itu, anak-anak yang termasuk kelompok psikotis kadang-kadang memerlukan perawatan medis.



REFERENSI

Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge : Harvard University.
Dr. Sunardi, M.Sc. (1995). Ortopedagogik Anak Tunalaras 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Guru
Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA : Brown Communications, Inc.
Soemantri, Sutjihati.(2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World. Boston : Houghton Mifflin Coy.
 

## Materi ini merupakan makalah yang disusun oleh aku dan tim dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ortopedagogik Anak Dengan Gangguan Emosi Perilaku, program studi Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maher Zain: One Big Family, Nuansa Baru Ditengah Degradasi Rasa Persaudaraan

Ambigu

CURHAT #1 : BELAJAR SETELAH DITOLAK