Pulang
Tiga tahun dengan rute perjalanan yang sama
setiap harinya, Kebumen-Gombong via minibus, kurang lebih satu jam
perjalanan, tidak lantas membuatku aku merasa bosan. Aku mulai
merindukannya sekarang. Kenapa? Sebab ada banyak sekali hal-hal yang aku
alami dalam perjalanan ‘pulang’ itu//
Dengan selalu menahan rasa, aku memaksa tubuh dan hati ini untuk pulang ke tempatnya. Memang tidak lantas membuat keduanya membaik, tapi setidaknya aku tetap bisa membawa sedikit dari keikhlasan mereka//
Aku lebih suka menahannya, meski seringkali ketika kaki ini belum menapakkan diri didepan rumah dan aku sudah lebih dulu menyerah. Baiklah, aku mengakuinya. Itu sudah tidak bisa dihitung dengan jari//
Bagiku, melepaskannya sedikit karena sudah tidak mampu ‘membawanya’ pulang adalah hal yang cukup sulit. Aku tidak sendiri dalam perjalanan pulang. Selalu ada banyak orang asing dikanan kiriku. Dalam satu hal itu merugikanku, karena betapa memalukannya melakukan itu dihadapan orang-orang, meski sekalipun mereka tidak mempedulikannya atau pura-pura tidak peduli. Tetapi dalam sisi lainya, aku menemukan bahwa dalam kondisi seperti itu aku bisa memaksakan diriku dengan tidak memaksakan untuk lebih banyak tersenyum. Itu adalah hal yang sedikit banyak bisa membuatku membaik//
Ah ya, segalanya memang tidak ada yang sempurna. Terlepas dari apapun itu, entah untuk tiga tahun yang lalu atau tiga tahun selanjutnya, aku akan tetap menyukai perjalanan pulangku//
“Tidak masalah jika kamu ingin menahannya, tetapi itu tidak berarti kamu mampu meniadakannya. Ia akan lebih membumbung, membumbung, membumbung hingga pada akhirnya kamu harus melepaskan kendalinya. Itu akan lebih berbahaya nantinya. Kamu tidak lagi bisa mengendalikan dimana dia seharusnya ada. Pada intinya, ditahan atau tidak, ia tetap harus dilepaskan. “
Dengan selalu menahan rasa, aku memaksa tubuh dan hati ini untuk pulang ke tempatnya. Memang tidak lantas membuat keduanya membaik, tapi setidaknya aku tetap bisa membawa sedikit dari keikhlasan mereka//
Aku lebih suka menahannya, meski seringkali ketika kaki ini belum menapakkan diri didepan rumah dan aku sudah lebih dulu menyerah. Baiklah, aku mengakuinya. Itu sudah tidak bisa dihitung dengan jari//
Bagiku, melepaskannya sedikit karena sudah tidak mampu ‘membawanya’ pulang adalah hal yang cukup sulit. Aku tidak sendiri dalam perjalanan pulang. Selalu ada banyak orang asing dikanan kiriku. Dalam satu hal itu merugikanku, karena betapa memalukannya melakukan itu dihadapan orang-orang, meski sekalipun mereka tidak mempedulikannya atau pura-pura tidak peduli. Tetapi dalam sisi lainya, aku menemukan bahwa dalam kondisi seperti itu aku bisa memaksakan diriku dengan tidak memaksakan untuk lebih banyak tersenyum. Itu adalah hal yang sedikit banyak bisa membuatku membaik//
Ah ya, segalanya memang tidak ada yang sempurna. Terlepas dari apapun itu, entah untuk tiga tahun yang lalu atau tiga tahun selanjutnya, aku akan tetap menyukai perjalanan pulangku//
“Tidak masalah jika kamu ingin menahannya, tetapi itu tidak berarti kamu mampu meniadakannya. Ia akan lebih membumbung, membumbung, membumbung hingga pada akhirnya kamu harus melepaskan kendalinya. Itu akan lebih berbahaya nantinya. Kamu tidak lagi bisa mengendalikan dimana dia seharusnya ada. Pada intinya, ditahan atau tidak, ia tetap harus dilepaskan. “
10 Januari 2017

Komentar
Posting Komentar
Terima kasih