A2 Bercerita

Anak-anak memang balajar lebih peka dan banyak hal dari lingkungannya. Saat kita bicara A, entah itu hal baik atau hal buruk, kata-kata itu melekat dalam hati mereka. Iya. Mereka terkesan mengabaikan, bahkan saat kita sedang berbicara tentang hal penting kepada mereka. Tapi itu tidak berarti apa yang kita katakan tidak mereka dengarkan. Bahkan gerak gerik orang dewasa didepannya mereka perhatikan.

Kita adalah contoh bagi mereka, bukankah begitu?
 
Terlepas dari apakah kita civitas akademika atau bukan, orang dewasa adalah contoh bagi anak-anak. Nah sekarang apa jadinya bila yang menjadi contoh untuk anak-anak itu bukanlah sesuatu yang tepat?
 

image

Anak-anak suka sekali bila orang dewasa menceritakan sesuatu kepada mereka. Seperti anak-anak A2 kemarin, Sabtu 21 Januari 2016. Hari itu mereka akan belajar tentang kebun binatang. Tugasnya adalah membuat miniatur kebun binatang dari balok dan replika hewan-hewan dari plastik. Asik sekali, mereka suka sekali bermain peran terutama saat salah satu atau beberapa anak memainkan perannya dengan teman-teman sesuai dengan replika hewan yang dipegannya.

“IIh~ kodok kan makanannya rumput ya us..”

“Ini pinguin, ini pinguinnya ditaruh ke kolam. Pinguin kan suka air.”

“Aku jadi macan ya kamu jadi serigala, ‘goarrrr.. goarrr’ ..”

Dan.. mereka itu suka sekali mendengarkan ustadzah bercerita tentang bagaimana binatang-binatang itu: bagaimana suaranya, bagaimana cara berkembangbiaknya, apa makanannya, dimana hidupnya.
Hal yang sepele, tidak begitu berarti menurut beberapa orang. Tapi bagi mereka itulah keajaiban, hal yang menakjubkan.

23 Januari 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maher Zain: One Big Family, Nuansa Baru Ditengah Degradasi Rasa Persaudaraan

Ambigu

CURHAT #1 : BELAJAR SETELAH DITOLAK