Perbedaan dalam Relasi
Perihal cinta, jodoh, pasangan, dan menikah agaknya menjadi topik pembicaraan yang tidak bisa dihindari dan lumrah bagi anak muda yang memasuki usia kepala dua. Termasuk aku yang ketika sudah bertemu dengan teman-teman, topik itu selalu menjadi pembicaraan menarik. Terkadang pembicaraannya mengenai 'siapa?' atau 'kapan?' tetapi tidak jarang juga tentang pertanyaan 'apa?' dan 'bagaimana?'. Terlebih setelah memasuki usia 20 tahun lebih, dimana pembicaraan itu semakin masif tapi sudah tidak lagi membahas mengenai 'siapa' atau 'kapan' karena kami memahami dua hal itu tidak menjadi kuasa kami meskipun harus tetap direncanakan. Pertanyaan tentang hal-hal tersebut sekarang lebih dalam mengenai 'apa' dan 'bagaimana'.
'Apa yang harus aku persiapkan?'
'Apa yang harus aku lakukan bila ...?'
'Bagaimanya caranya supaya aku ...?'
'Bagaimana jika ...?'
Seperti percakapanku dengan salah satu temanku dua hari yang lalu. Berawal dari kegelisahanku selama ini mengenai makna dari perbedaan. Kami berbicara banyak mengenai perbedaan yang terjadi dalam hubungan antar manusia yang kami jalani baik dalam setting keluarga, pertemanan, atau yang lain. Percakapan ini terutama mengenai perbedaan yang kaitannya dengan pasangan nanti.
Aku cukup sangsi dengan kalimat "perbedaan akan menyatukan" benarkah? Pengalaman banyak mengajarkanku bahwa mungkin itu ada benarnya. Tetapi pertanyaannya 'perbedaan seperti apa yang akan menyatukan?' Dalam memilih pasangan misalnya. Aku berprinsip bahwa ada hal-hal tertentu yang memang harus sama antara aku dengan pasangan, misalnya perbedaan keyakinan (agama). Bagitu itu bukan satu hal yang dapat diterima, meskipun dalam konteks ini perbedaan yang tidak menyatukan bukan berarti menjadi permusuhan
Tidak semua hal yang berbeda harus menjadi musuh, benar kan?
Tidak semua hal yang berbeda harus menjadi musuh, benar kan?
Dalam relasi (hubungan) yang lebih umum misalkan pertemanan, rasanya keyakinan (agama) adalah poin lain ketika sama-sama membicarakan topik umum atau soal kemanusiaan. Nah sebetulnya dalam bayangan idealku, relasi (hubungan) yang baik juga ditentukan dari sejauh mana kita dapat menerima dan mentolelir segala hal yang ada dalam diri mereka. Sebagaimana yang kita mengerti ya, bahwa setiap manusia memiliki karakter yang khas bahkan sekalipun anak kembar, mungkin saja karakternya jauh berbeda. Pun ini berkaitan dengan hubungan seperti apa yang ingin kita bangun bersama orang tersebut.
Jika hanya sebatas relasi pertemanan, aku rasa seleksi mengenai perbedaan ini akan jauh lebih longgar daripada dalam relasi hubungan yang lebih serius: misal pasangan hidup. Begitu juga ketika kita berkaca pada circle pertemanan dan persahabatan (relasi yang lebih dekat), proses seleksi diri akan jauh lebih sempit. Jadi, sebetulnya perbedaan akan menyatukan atau mencerai beraikan tergantung dari seberapa jauh toleransi kita terhadap orang lain.
So, ketika kita hendak menentukan standar kecocokan dengan pasangan maka tentukan dulu hal yang bisa kamu toleransi dan mana yang engga, dan lets see calonmu. Ingat ya, tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan dirimu dan pasangan jadi sebaiknya tentukan yang prinsip dan toleransi/ pahami yang lain. Dan lagi, daripada menetapkan standar fisik, akan lebih baik menentukan standar prinsip, karena kita akan memilih orang yang akan membersamai kita hingga nanti.
Hari ini, kita banyak ngobrol soal perbedaan khususnya dalam hubungan yang lebih serius. Tulisanku ini semata-mata adalah apa yang aku pikirkan yang bisa saja salah atau berbeda denganmu. So, kalau kamu punya pendapat yang berbeda, kasih tau aku ya!
Kebumen, 6 Mei 2020
12.11 PM
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih