Merenung


Sajak

“Sajak si Bulan”

Malam-malam yang lalu..
Aku setia, dan selalu setia, menemani wanita sepuh itu,
 Ditempat ia bergelut dengan dingin semilir malam,
Menemaninya bersama gundah yang tak urung jera menggenggamnya,
Aku tahu, dan sangat tahu akar rindu dihatinya yang kian rapuh itu, alangkah makin lama makin mendalam saja,
Ingin aku menolongnya, tapi apalah dayaku pada dunia si panggung sandiwara,
Aku sang bulan, hanya bisa menatapnya dengan perasaan iba,
Menemaninya ditengah kesendirian, dalam tiap malam dan tiap lelapnya,
Dalam kenestapaannya akan kerinduan dan kesepian yang menyeruak,
Ditiap rongga-rongga kehidupannya.
Menggenggam sebuah Mushaf kecil tanggan keriputnya,
Dalam mega kenestapaan ia mencoba menelusuri tiap bait ayat Suci,
Mencoba menemukan takdir hebat yang kan ia temui.

Oh, Yaa Rabbiy.. tapi malam ini, aku menemukan wajah tua keriputnya tak lagi dalam genggaman nestapa. Eumm .. wajahnya kembali seperti saat ia remaja, bersama gelak tawa anak cucunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maher Zain: One Big Family, Nuansa Baru Ditengah Degradasi Rasa Persaudaraan

Ambigu

CURHAT #1 : BELAJAR SETELAH DITOLAK