Cinta Bisa untuk Siapa Saja

Bagi mahasiswa semester muda seperti aku, tentunya keinginan mencoba banyak organisasi dan kegiatan sangatlah menggebu. Terlebih suasana, atmosfer dan keadaan kampus jaman now memang mendukung mahasiswa-mahasiswanya untuk selalu bergerak aktif, produktif dan tidak melulu menjadi mahasiswa kupu-kupu. Begitu juga denganku. Mungkin aku adalah salah satu dari beberapa yang masih mikir-mikir lagi untuk mengikuti banyak organisasi mengingat waktu, tugas dan kepentingan-kepentingan kuliah yang juga sama padatanya. Tapi hal ini tidak menghalangi diriku untuk mengikuti barang satu dua organisasi atau kegiatan diluar kampus.


Sebelum sukses gabung dalam kepanitiaan HDI 2017 di HMP PLB, aku terlebih dahulu mencoba mengikuti satu kegiatan organisasi diluar kampus. Organisasi ini tentunya masih satu jalan dengan apa yang aku pelajari di perkuliahan sehari-hari. Saat itu, aku mendapat informasi tentang pembukaan relawan pendamping untuk acara ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia) Solo dalam rangka Pelatihan Penanggulangan Bencana bekerja sama dengan badan yang kompeten dibidangnya -aku lupa soalnya :v - karena kegiatan ini membutuhkan beberapa relawan saja dan dilaksanakan di hari Sabtu-Minggu aku sigap saja ikut mendaftar. Padahal tidak ada kenalan, dan ya hanya ikut saja. Penasaran juga kan. Dan tentu saja dibalik keikutsertaanku dalam kegiatan ini, ada harapan dalam diri untuk lebih mengenal teman-teman tunanetra khususnya di Solo.

Selama kegiatan itu, aku banyak bertemu dan berkenalan dengan kakak-kakak tingkatku di kampus, banyak berinteraksi dengan teman-teman tunanetra juga yang ternyata jauh lebih mendiri dari yang aku bayangkan. Aku banyak belajar, terutama belajar bagaimana hebatnya mereka mengurus diri mereka sendiri dibalik segala keterbatasannya, enggan mengeluh dan banyak cerita-cerita hebat dari pencapaian mereka serta yang paling penting aku belajar bagaiman memperlakukan mereka. Bukan mengasihani mereka, bukan pula acuh terhadap mereka, tapi memperlakukan mereka sebagaimana manusia. Disana aku juga belajar bagaimana cara Orientasi Mobilitas yang baik, yang dapat membantu mereka tapi tidak meremehkan mereka.

Acara itu sepenuhnya di handle oleh teman-teman pengurus ITMI Solo yang juga tunanetra, selebihnya relawa hanya membantu mobilitas dan lain sebagainya. Aku terenyuh dan tidak berhenti bergetar hatinya ketika melihat mereka tertawa dan saling bercengkrama. Rasa memiliki yang mereka punya sangatlah kuat.

Ohiya.. ada satu momen diakhir acara ketika semua rangkaian acara telah diselesaikan, dan teman-teman YKAB menunggu bus untuk kembali ke tempat, seorang bapak tunanetra tiba-tiba izin pamit dan berjalan ke arah tempat parkir kendaraan. Dan yang membuat bumi seakan berhenti beberapa detik bagiku adalah ketika seorang anak kecil (balita) laki-laki berlari dari kejauhan dan mendekat ke arah bapak tersebut sambil berteriak, "Bapaakkkkkkk..."

Satu momen yang tidak bisa aku lupakan dan hatiku seakan berhenti berdetak selama beberapa detik ikut haru menyaksikan momen ayah dan anak itu. Dibelakang si anak nampak seorang ibu muda berjalan mendekati dua orang ayah dan anak itu sembari tersenyum kearahku dan rekanku disebelah. Aku terenyuh, cinta yang aku saksikan pada saat itu sangat kuat dan itu juga membuat duniaku terhenti seketika.

Benar-benar momen yang tidak bisa aku acuhkan. Terlepas dari bagaimanapun hiruk pikuk cerita dibelakang momen itu, satu hal yang aku penajari saat itu: cinta bisa untuk siapa saja. Tidak terkecuali.

terimakasih banyak untuk pengalaman dan cintanya yang luar biasa  :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maher Zain: One Big Family, Nuansa Baru Ditengah Degradasi Rasa Persaudaraan

Ambigu

CURHAT #1 : BELAJAR SETELAH DITOLAK